Senin, 23 Maret 2015

terjebak dalam.. entahlah, jebakan mungkin

Di depan tumpukan buku-buku itu gw kepikiran sesuatu, teringat bahwa beberapa tahun yang lalu buku-buku humor-maksa, buku psikologi populer atau buku-buku bergenre self improvement adalah jenis buku yang akan dengan sangat mudah menarik perhatian gw. Masa ketika novel-novel galau menjadi bacaan wajib di akhir pekan atau masa ketika mencium aroma buku baru adalah sesuatu yang sangat mengasyikkan.
Sekarang, entah gw kenapa merasa sangat tidak nyaman berada di sekitar tumpukan buku-buku ini. Seharusnya dalam posisi seperti ini gw sudah berpindah ke jenis buku yang lebih serius.. tapi ternyata tidak, setelah gw teringat bahwa tujuan gw membeli buku adalah untuk refreshing, bukan untuk diseriusi. Yang terjadi adalah, sepertinya gw sedang berada dalam sebuah kondisi dimana gw tidak bisa mendefinisikan apa yang sebenarnya membuat gw tertarik. Seperti judul tulisan ini, saat ini gw sedang terjebak dalam sesuatu yang entah harus disebut apa. Jebakan usia nanggung mungkin.
Kondisi ini mungkin tidak hanya gw alami sendiri, seharusnya hampir semua orang pernah mengalami ini. Satu titik dimana seseorang harus berpindah dari satu titik hidup yang lama ke titik yang baru namun belum bisa mendefinisikan ke arah mana dia harus mengubah polanya.
Dulu, ketika hal yang memenuhi isi kepala tidak pernah lebih rumit dari sekedar berburu makanan, jalan-jalan, absen kantor dan membuang-buang waktu, semua terlihat lebih sederhana.. dan lebih mudah untuk dijalani secara ceroboh tentunya. Kecerobohan-kecerobohan yang mungkin saat ini agak lebih sulit untuk dilakukan, bukan karena tidak ada kesempatan.. tapi rasa enggan yang sedemikian besar, mengingat bahwa banyak hal lain harus dipikirkan. Mungkin ini yang disebut proses pendewasaan, tapi kok tidak menurut gw. Pendewasaan adalah proses yang terarah. Nah gw, arahnya kemana.. gw jg nggak tau. Yang jelas, sekarang, kalau akan melakukan sesuatu banyak hal yang harus dirisaukan (bukan hanya dipikirkan).
Dulu, kalau gw mau menggambar apapaun, ya tinggal corat-coret di buku gambar atau di laptop. Nggak pake mikirin nantinya seperti apa hasilnya, apa konsepnya, gimana sudut pandangnya. Sekarang, buku sketsa gw lebih banyak berisi coret-coretan mentah yang enggak tuntas karena di tengah jalan hasilnya tidak sesuai dengan yang ada di dalam kepala gw.
Dulu, kalau ada waktu senggang, gw akan dengan mudahnya nyalain motor trus muter-muter atau sekedar jalan-jalan santai. Sekarang, gw lebih suka mengisi weekend dengan geletakan di kasur seharian, mengingat bahwa harga bensin dan ongkos parkir motor yang semakin mahal akhir-akhir ini dan mengingat bahwa pekerjaan di hari-hari sebelumnya semakin menyita waktu dan energi dan memandang kenyataan bahwa setelah weekend siklus bangun-kerjasampebongkok-makan-tidur akan terulang dari senin sampai jumat depan.. dan akan begitu terus sampai negara api berhasil dikalahkan son go ku.
Dulu, sangat mudah sekali melahap isi buku dalam hitungan hari, seolah-olah ketika satu buku selesai, gw merasa "yaaahh.. selesaii". Sekarang, satu buku mungkin baru bisa selesai dibaca setelah... setelah lamaaa sekali, itupun selesai dibaca karena terpaksa harus dibaca karena sudah kebeli. Kalo dulu beli buku seringkali sampulnya nggak pernah awet sering harus terlipat di tas, terjepit di laci meja atau sobek karena dibaca secara tidak manusiawi. Sekarang, buku-buku gw rapi sampulnya... jarang kebaca sih, dan jarang dibawa kemana-mana. Efek buruknya, banyak buku gw berjamur huhuhuhuw.
Dulu, kalo lagi pengen beli sesuatu, ya tinggal beli aja.. entah deh ntar urusan nabung atau investasi gimana kabarnya, toh bulan depan juga bakal dapet gaji lagi.. tapi sekarang sepertinya keinginan untuk berbelanja barang-barang, terutama barang yang dioperasikan dengan baterai atau colokan listrik harus direm maksimal demi alokasi biaya-biaya rutin yang mulai rajin muncul.. terutama cicilan rumah dan biaya kawin. 4 tahun lalu mah yang kaya beginian nggak adaa...
Dulu, ketika gw pengen ngeblog, gw tinggal nulis ya nulis aja, nggak pake mikirin konsep tulisannya gimana, nanti bakal dibaca atau enggak, urut-urutannya gimana, jadi terkesan lebih simpel, acak-acakan, tapi plong rasanya abis nulis. Sekarang, ini adalah tulisan pertama gw setelah hampir 8 bulan dari tulisan terakhir gw. Tulisan ini pun juga sudah beberapa kali mengalami "revert to draft" atau "delete post". Berat sekali rasanya menulis disini, mungkin karena akhir-akhir ini harus lebih sering nulis dengan bahasa serius di kerjaan jadinya tulisan gw di blog akhir-akhir ini terasa lebih serius dari tulisan-tulisan awal. Tapi ya mau gimana lagi.. Gw nggak mau tulisan di blog ini jadi sangat serius, tapi untuk menulis dengan gaya seperti dulu sepertinya sudah sangat susah. Entah kenapa deh.
Akhirnya malam ini mencoba berdamai dengan diri sendiri dengan membeli buku yang dulu sempat jadi acuan tulisan. yah meskipun agak kurang keliatan "mature" dan sedikit "err-yakin-nih-mau-beli-buku-ini?" sih.. tapi ya gimana lagi... gak perlu lah ya disebutin judul bukunya.

harus segera keluar dari jebakan ini.. Harus. Sebelum kawin!




2 komentar:

Anonim mengatakan...

Bang izin copas..:D

Anonim mengatakan...

Mau banget nyomot tulisanya bang...krenn..tapi gak berani sebelum dapet izinπŸ˜‚πŸ˜‚πŸ˜‚

Opo Moral iku Mural?

Beberapa mural yang muncul bernada kritik kepada pemerintah dihapus sepihak oleh aparat. Pertama, mural adalah bentuk ekspresi, biasanya di ...