Minggu, 22 Agustus 2021

Artefak Peradaban itu bernama "Short Message Service"

Salah satu rantai ikatan yang menjadi benang merah evolusi gawai berupa handphone yang masih ada dari zaman nokia/motorola lipat antena ditarik sampai seri terbarunya aipon atau samsung adalah fitur short message system, atau lebih banyak disebut sebagai "messaging". Secanggih apapun sistem operasi atau hardware yang dimuat. Minimal, sebuah gawai dapat dikatakan sebagai "handphone" atau "smartphone", wajib punya fitur "call" dan "messaging". dua fitur ini adalah koentji! 

Dulu, pengguna handphone dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu.. "orang yang suka nelpon", dan "orang yang suka SMS". golongan pertama biasanya diisi oleh kaum bapak-bapak atau ibu-ibu mapan yang memiliki penghasilan memadai untuk dapat membeli pulsa kapanpun dibutuhkan. Golongan kedua, sebagian besar diisi anak sekolahan, mahasiswa atau orang kantoran yang beli pulsa kalau kepepet habisnya masa aktif kartu prabayar. Pelajaran yang patut kita petik dari adanya dua golongan ini adalah.. mereka tidak saling merecoki satu persatu. Tidak seperti kebanyakan kita sekarang. Golongan Pemuja Bubur diaduk selalu mencari kesalahan kaum pencinta bubur tidak diaduk, begitu pula sebaliknya. Adanya kaum "suka nelpon" dan "suka SMS" merupakan representasi nyata dari Bhinneka Tunggal Ika. Bagaimana tidak, si penyuka nelpon masih bisa berkomunikasi dengan si penyuka SMS, begitu pula si "penyuka SMS" masih bisa mengirimkan berita untuk minta ditelepon kepada si "penyuka nelepon". nyambung dua-duanya. Kan harusnya gitu kan ya! 

Ada sebuah masa dimana mampu mengetik papan tuts HP dengan cepat tanpa melihat tombol adalah sebuah kebanggan tersendiri, juga kemampuan meringkas kata tanpa mengurangi esensi pesan dapat memberikan selisih saldo pulsa yang sangat signifikan. Namun disisi lain, ada masanya orang bisa menjadi sangat labil dalam menggunakan huruf kapital dan angka dalam sebuah kalimat demi mengejar predikat "imut", "lucu", dan sebagainya, harus diakui sebagai sisi kelam dari adanya teknologi bernama Short message Service. Sebuah embrio awal terhadap golongan yang saat ini kita sebut sebagai "alay".

Seperti halnya insting untuk bertahan hidup, keterbatasan fitur dan biaya layanan SMS justru memunculkan keratifitas luar biasa para penggunanya. Dulu, umumnya saldo pulsa 5000 perak hanya bisa dipakai untuk mengirimkan 14 SMS (dengan asumsi tarif normal SMS adalah 350 perak per pengiriman). Bayangkan bagaimana sulitnya orang-orang di masa itu harus sangat jeli memilih penggunaan kata atau bagaimana orang-orang berkreasi menciptakan singkatan-singkatan kata yang mungkin hanya dirinya yang paham - hanya untuk menghemat satu atau dua pengiriman SMS. Sebuah biaya yang sangat mahal bagi orang-orang yang sedang PDKT lintas operator... Sebuah pekerjaan rumah yang maha berat bagi kementerian telekomunikasi pada masa itu.

Pada masanya, trafik SMS pernah menjadi salahsatu tolak ukur perhitungan kesuksesan operator.. atau minimal menjadi alasan orang menilai kekuatan jaringan operator telekomunikasi. Jika anda pernah mengalami gangguan pengiriman SMS pada saat libur lebaran, artinya anda tahu yang saya maksud. Pada era jayanya SMS, orang berlomba berkreasi untuk membuat sms terlucu, terunik untuk dapat dikirimkan ke sanak saudara-handai taulan-gebetan-pacar saat lebaran. Hangat sekali hubungan antar manusia saat itu, dimana kita masih memiliki keinginan untuk sedikit menyenangkan orang lain melalui pesan yang kita kirimkan.. meskipun bukan ide orisinil kita. ya kan?!. Enaknya berkirim pesan melalui SMS adalah, mau copy paste atau forward SMS, tidak ketahuan sodara-sodara. Perlu diteliti lebih lanjut, apakah pesan-pesan lucu di masa perpesanan SMS itulah yang saat ini bermetamorfosa menjadi joke bapack-bapack di grup WA komplek.

Kelebihan masa SMS adalah... HOAX relatif sulit untuk tersebar.. lha gimana, sekali kirim 350 perak bosss! boro boro mau ngirim hoax.. mau nanyain pacar sudah makan apa belom, sudah tidur apa belom saja harus bermodal, mau ngabarin ke orang tua kalo hari ini pulang malam aja harus keluar pulsa. Paling yang agak rame saat itu adalah SMS berantai! duh.. kalau gak melanjutkan SMS berantai, kena kutuk jadi batu ulegan sambel.. kalau melanjutkan SMS berantai kok ya nyedot pulsa. Anda sempat mengalami masa-masa ini? Saat itu, ada kaitan yang erat antara emosi dengan pesan yang dikirimkan melalui SMS.. Ada masanya ketika menunggu sms balasan dari gebetan seperti menunggu cairnya Tunjangan Hari Raya.. atau menunggu datangnya barang yang dibeli dari olshop. Ada juga yang sampai ngambek putus asa ketika 125 pesan SMS-nya tidak dibalas sama sekali oleh si gebetan. 

Sebetulnya dulu sudah ada alternatif pengiriman pesan yang lebih murah dari SMS, seperti MiRC atau Yahoo Messenger. tapi mereka bukanlah lawan yang sepadan bagi SMS sampai mulai maraknya smartphone. Saat itu menenteng-nenteng komputer jangkrik kesana kemari sepertinya agak kurang.. apa ya.. handy mungkin ya.. 

Saking Hype-nya SMS di tahun 2000-an, sampai ada lagu dangdut bertema SMS, dan lagunya pun ikut booming! mungkin karena sangat relatable dengan kondisi masyarakat ya.. bahwasanya perpesanan melalui SMS pun sudah menjadi bagian tidak terpisahkan bagi umat manusia..seperti makan tidur beol, mungkin. Cari deh, sepertinya du yutup masih ada videonya. Mungkin lagu ini adalah tonggak awal munculnya fenomena dangdutisasi kejadian yang viral secara digital yang semakin ramai akhir-akhir ini.

Apa di gawai anda masih terinstall aplikasi messaging? coba sesekali tengoklah ada apa saja di dalamnya, apakah masih ada gairah yang sama seperti dulu? sejak beberapa tahun ini, isi inbox aplikasi messaging di HP saya bisa dipilah menjadi beberapa kategori, antara lain:

1. Penawaran iklan kredit tanpa agunan, yang mana saya sama sekali tidak tertarik. Coba deh kalau yang ditawarkan adalah kredit tanpa angsuran. 

2. Pesan penipuan menang undian. yaelah bung.. saya sudah sangat lama sekali tidak mengirimkan kartu pos atau surat berisi potongan label botol minuman untuk mengikuti undian, mana mungkin saya menang undian.

3. Penawaran deposit judi onlen. Astagaaaa.. dosa ini sih! mereka belum pernah kena selepet senar gitarnya Bang Haji Oma apa yak?!

4. Penawaran program dari operator telekomunikasi. Ini sama sekali gak berguna untuk saya, tapi ya gimana, malang tidak dapat diraih, untung tidak dapat dihindari.

5. Pemberitahuan jatuh tempo kredit dari bank.. Yah pasrah lah ya tiap bulan dikirimi sms begini dari pihak yang sudah membantu secara finansial. SMS itu sebenarnya adalah wujud bahwa mereka sebenarnya sangat perhatian, terhadap uangnya - yang kita pinjam - agar jangan terlambat dikembalikan!

6. Pesan penipuan yang isinya menyuruh saya untuk segera mentransfer ke nomor rekening tertentu.. yang kalau dilaporkan ke OJK pun mereka akan sangat sulit diusut.

7. Pesan layanan masyarakat dari instansi pemerintah.. SIAP LAKSANAKAN! MAJU JALAN!

Mempertahankan SMS dari perkembangan teknologi perpesanan adalah hal yang sangat sulit.. sama sulitnya seperti perjuangan abang-abang ojek pangkalan yang harus berhadapan dengan ojek online. Kalaupun harus secara rutin menggunakan layanan SMS, harus ada kondisi spesial tertentu.. misalkan, belum isi paket data, atau anda sedang berada di lokasi tertentu yang tidak ada jangkauan data. Pastinya SMS tidak akan dapat memberikan kecepatan dan kemudahan yang sama jika dibandingkan dengan aplikasi yang ada sekarang. Masa dimana orang bisa mengobrol melalui banyak instrumen. bahkan orang bisa saling berkirim pesan tanpa melalui aplikasi spesifik perpesanan. Edannya lagi, Sekarang di aplikasi ojek onlen pun orang bisa menjalin pertemanan dan mengobrol secara gayeng dan guyub. Biarlah layanan SMS menjadi penanda penting perkembangan peradaban manusia. dan mari beranjak tanpa meninggalkan esensi dari pesan itu sendiri.. "menyampaikan rasa"

Tidak ada komentar:

Opo Moral iku Mural?

Beberapa mural yang muncul bernada kritik kepada pemerintah dihapus sepihak oleh aparat. Pertama, mural adalah bentuk ekspresi, biasanya di ...