Ternyata ada benarnya statement si nenek.. Bahwa ternyata ayam yang dimaksud adalah sekedar lambang untuk mewakili segala hal apapun yang berpotensi mengurangi "keasyikan" yang diasosiasikan dengan "rejeki".
Ketika jaman sma, ayam yang dimaksud nenek gw berubah wujud jadi bapak-bapak dengan pentungan dan kumis baplang dengan topi biru bertuliskan "security". Ketika gw telat bangun pagi dan berangkat sekolah, dipastikan tuh ayam udah berdiri tegap di depan pager sekolah dan siap untuk menyiksa murid-murid yang terlambat dengan siksaan setingkat kejamnya penjara guantanamo.
Ketika gw udah kerja pun, si ayam ini masih membayangi. Entah apa dosa gw sebagai pria berkharisma sampai-sampai gw harus diteror ayam-ayam tukang patok ini. Ketika gw kerja, ayam dementor (sebut saja begitu) berubah bentuknya dari satpam sangar ke sebuah mesin scanner absen yang haus jempol. Ketika gw telat masuk kantor, ayam elektronik berteknologi scanner sidik jari ini secara otomatis akan mematok 2,5 gaji gw hanya karena gw telat ngabsen 0,0 sepersekian detik. Oh crap! Eh, gak harus telat untuk memberikan hak si ayam pencabut nyawa ini mematok gaji gw secara sepihak, hanya perlu keisengan dan kebodohan gw. Pernah suatu ketika gw ngantor on time, trus entah apa yg salah, jari gw gak kebaca di ayam-ayaman mesin ini. 15 menit gw coba nempel-nempelin jempol tapi gak berhasil membuat jempol gw dikenali oleh scanner. Tapi anehnya orang lain di kantor gak bermasalah seperti gw. Kepotong deh gaji gw gara-gara sebelum ngabsen iseng ngupil pake jempol. Hah! Ngupil! Bayangkan! Ngupil bisa mengubah mesin absensi jadi monster ayam yang siap mematuk mood gw seharian.
Sekarang ini, ketika gw ngelanjutin kuliah pun gw juga masih harus berhadapan dengan ayam kasat mata yang tetap membuntuti gw di pagi hari.. Bedanya, bukan gw yang dipatok oleh ayam imajiner ini tetapi orang-orang yang gw temui di pagi hari. Kalo gw berangkat kuliah sebelum jam setengah 7, rejeki gw masih utuh, gw masih bisa ketemu mbak-mbak karyawati yang unyu-unyu. Agak siangan, jam setengah 7 keatas, ayam mulai mematuki mbak2 kantoran tadi dan hilanglah mereka di peredaran. di jalan kompleks, gw hanya ketemu adek2 sma yang unyu-unyu *mukagemes* *siapnyulik*. Diatas jam 7 pagi, adek2 sma tadi dipastikan sudah punah dihabisi oleh ayam tak kasat mata sehingga di jalanan menuju ke kampus gw hanya akan menemukan nenek-nenek yang baru pulang latihan shuffling or joget gangnam style versi lansia (baca: senam jantung sehat). Jam setengah 8 dipastikan ayam jadi-jadian itu sudah memangsa habis nenek-nenek dari muka kompleks (menghindari kata muka bumi, takut disumpahin si nenek-nenek hebring) dan tersisalah tukang ojek dan mahasiswa nanggung yang malas berangkat kuliah pagi. Paling parah adalah ketika seumpama gw berangkat kuliah jam 8 padahal kelas dimulai jam 8, ayam mutant itu dipastikan akan mematoki bukan rejeki gw harga diri tanpa sisa. Abis!. Ketika gw telat masuk kelas(secara khusus satu mata kuliah tertentu), gw harus siap menghapal lirik lagu wajib atau lagu anak-anak yang biasa diputer di odong-odong keliling dan menyanyikannya di depan kelas dengan mimik ceria dan menjadi tontonan temen-temen sekelas dan dosen yang seketika berubah menjadi siluman ayam pemangsa daging. Tapi untungnya gw belumpernah mengalami patukan seperti ini (paling tidak sampai gw selesai menulis posting ini) :D
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar