Sabtu, 11 Agustus 2012

salahpahamologi 101

Banyak perselisihan terjadi karena kesalahpahaman. Mulai dari hal rumit sampai salahpaham tentang hal yang sepele. yang ngomong maksudnya apa.. yang nerima nangkepnya apa. Tapi menurut gw, kadang kita perlu secara sengaja salah paham dalam menghadapi pernyataan-pernyataan negatif. Hanya karena kita merasa terlalu membuang-buang energi untuk benar-benar memikirkan statemen negatif yang ditusukkan. Gw menyebut ini sebagai konsep salahpahamologi. Sekali lagi, ini teori yang sama sekali belum dibuktikan dan diuji. Jadi, dibaca aja ya..

Teringat cerita seorang teman yang tiba-tiba desperate dengan pernyataan mantannya yang sangat-sangat mengiritasi dan mengintimidasi (ada terminologi lain yang bisa menjelaskan ekspresi "tiba-tiba pengen nimpukin arca candi prambanan ke hidung orang"?). Si mantan yang tiba-tiba muncul setelah lima ratus tahun ditimpa di bawah gunung Wu zhi (agak mencurigakan, jangan-jangan si mantan ini adalah sun go kong. well, go figure!). Alkisah, si mantan tiba-tiba muncul dan ngajak balikan temen gw dengan nyolot tanpa melihat kenyataan bahwa kodrat yang berlaku adalah si mantanlah yang harusnya merendahkan harga dirinya demi mengemis cinta (kok berasa denger lagu dangdut ya?) tapi kali ini tidak. Si mantan mengajak balikan dengan nada sedikit memaksa. Dan setelah pertempuran sengit (tanpa melibatkan kontak senjata berat seperti panci, ulegan atau kompor) maka si mantan menyerang dengan senjata pamungkasnya berupa pernyataan "kamu gak akan nemu orang seperti aku ataupun yang lebih baik daripada aku!" *matamelotot *zoom-in *zoom-out (referensi: tersanjung 1-6 dan cinta fitri season 1-600). Awalnya sepanjang perang statement temen gw ini tegar dan sanggup menyerang balik serta memanfaatkan strategi bertahan (baca: naroh hape yang sedang aktif menyalurkan ceramah sesat si mantan ke dalam lemari, dan sampai menit ke 2:61 si mantan baru sadar kalau dia berbicara dengan tumpukan baju). Mental temen gw agak rontok ketika si dementor (menghindari penggunaan terminologi "mantan") ketika statemen tersebut diucapkan.

Saat seperti inilah kita harus bersalahpaham ria dalam menghadapi statemen seperti itu. Kalo menurut gw sebenarnya statemen ini sama seperti ketika orang mengancam dengan kalimat "ati ati lu! jangan macem-macem sama gw! bapak gw polw*n!!". Dari salahpahamologi yang gw kembangkan, sebenarnya kalimat ini bukan ancaman tapi artinya adalah mengingatkan kita untuk selalu berhati-hati dan harusnya kita mengucapkan terimakasih karena telah diberi nasehat gratis. Just info, orang harus membayar mahal hanya untuk mendapat nasehat dari seorang motivator. Nah ini kita malah mendapatkan nasehat secara gratis :) Bisa jadi kalau orang menerapkan salahpahamologi ini, Maryo Tangguh akan bangkrut dan balik jualan krupuk di pasar induk :) (kidding oom maryo). Anggap saja nasehat dari seorang nenek :D
Balik ke kasus temen gw tadi, sebenarnya si dementor itu memiliki niat baik dibalik statemen-nya, yah meskipun niat baik itu dibungkus dalam kemasan yang tidak dapat didaur ulang (halah ngaco).

Mari kita pecahkan misteri statemen si dementor. "Elu gak akan nemu orang seperti gw". Pernyataan ini sebenarnya mengingatkan temen gw untuk tidak melakukan kesalahan yang sama dengan mencari pacar yang berkelakuan sama brengseknya seperti si dementor. Kalau gw modifikasi kalimat tadi dengan teori salahpahamologi, mungkin jadinya akan seperti ini "semoga kamu menemukan orang yang bisa menghargai kamu, tidak seperti aku selama ini." sama kan maksudnya?. Statemen kedua, "ataupun yang lebih baik dari aku" maksudnya adalah mendoakan semoga temen gw tidak menemukan orang yang lebih baik daripada si dementor dalam menyiksa perasaan temen gw ini. Make sense kan? Si dementor ini baek loh sebenernya :D udah ditolak, eh masih memberikan nasehat positif *siapsiapdilemparinkompornyala*

Tuh nin, udah ngerti kan maksudku kemaren?! *upskesebutnama*

Tidak ada komentar:

Opo Moral iku Mural?

Beberapa mural yang muncul bernada kritik kepada pemerintah dihapus sepihak oleh aparat. Pertama, mural adalah bentuk ekspresi, biasanya di ...