"Maaf mas, kembaliannya recehan ya.."kata kasir sebuah convenience store ke gw. Jawab gw "Iya mbak, gapapa". Lalu di kesempatan lain di warung pecel lele, si penjual bilang ke gw "Sori mas, kembaliannya recehan gapapa ya?". Dan sekali lagi gw jawab "oh iya, gapapa kok". Gw gak bermasalah dengan kembalian receh karena wajar aja mungkin si kasir sedang kehabisan stok uang kertas pecahan yang lebih gede daripada gw harus dapet kembalian dalam bentuk yang lebih absurd, contohnya, batu.
Mbak2kasir: "Mas, kembaliannya receh ya?"
Gw: "wah jangan recehan mbak, uang kertas aja gak ada ya?"
Mbak2kasir: "Yaudah kalo gitu kembaliannya batu aja gimana? lumayan mas, bisa dipake untuk nyambitin pohon mangga di depan. anggap aja sekali lempar gopek mas, jadi ini kembaliannya 2000, saya kasih empat batu ukuran medium."
Si kasir juga pastinya sudah berpikir panjang sebelum memberikan kembalian berupa uang receh. Gak mungkin mereka akan memberikan kembalian 89.000 berupa duit receh pecahan 500 perak. repot ngitungnya!
Dari percakapan diatas, gw bisa mengambil kesimpulan bahwa seringkali orang menganggap remeh uang receh. Benar kalau kata orangtua dulu, uang sejuta gak akan jadi sejuta kalo kurang 100 perak. Tapi lebih dari itu, uang receh memeiliki peranan yang jauh lebih besar dari yang kita kira. Tanpa uang receh, perekonomian kita bisa kacau. Biaya hidup bisa naik berkali-kali lipat. Terutama biaya terkait pak ogah, pengamen dan uang lebaran untuk anak-anak kecil di kampung.
Bayangkan kalau uang receh 200 dan 500an ditarik dari peredaran, tarif pengamen akan naik secara signifikan! Misalkan dalam sehari di angkot kita harus berhadapan dengan 5 orang pengamen sehari, minimal kita butuh duit 1000 untuk berdonasi. Nah kalo duit recehan dihilangkan dari peredaran dan mata uang terkecil adalah 1000 rupiah, dalam sehari kita akan butuh 5000 hanya untuk menghadapi pengamen. Berasa banget kan gedenya duit yang harus dikeluarkan untuk pengamen.. padahal kalo duit goceng dibeliin cotton buds, lumayan bisa dapet 2 pack. Bisa dipake ngorekin kuping 2 buat bulan tuh!
Bagi pengendara mobil, hilangnya uang receh 500an akan berakibat naiknya biaya transportasi mengingat bahwa di tiap pengkolan sekarang pasti ada polisi partikelir (baca: pak ogah). Belok dikit, seribu melayang... Nah coba kalo angka perbelokan itu dikalikan jadi itungan sebulan... ongkos ke salon mah bisa-bisa kalah dari biaya mobil belok. Dan pastinya, jika uang receh dihapuskan, maka generasi penerus kita tidak akan pernah mengenal pak ogah di cerita si unyil karena duit cepek-an sudah hilang dan jargon khas "Cepek dulu dong?!" akan berganti dengan "dua ribu dulu dong?!".
Sejak pemerintah mengeluarkan uang pecahan 2000, ongkos parkir motor langsung naik seketika! naiknya pun gila-gilaan. kalo inflasi setahun gak lebih dari 10 persen, maka kenaikan ongkos parkir adalah 100 persen!!!! edan gak tuh? mungkin 10 atau 15 tahun lagi negara kita tidak akan dikenal dengan julukan negara agraris tapi negara parkiris. Semua orang jadi tukang parkir! Majalah forbes edisi mozambik bikin laporan tentang profesi dengan kenaikan pendapatan tertinggi dan menempatkan tukang parkir di urutan pertama padahal profesi direktur utama perusahaan minyak hanya menempati posisi 238 di daftar itu. Jadi wahai bapak presiden, jika anda nanti harus turun tahta maka anda tidak usah bingung akan bekerja jadi apa...
Kalau uang receh dihilangkan dari peredaran, Lebaran mungkin akan lebih menyiksa ketika segerombolan anak-anak tetangga datang ke rumah. Awalnya mungkin angpau 500-an cukup lah untuk meramahtamahi anak-anak anonim yang tiba-tiba jadi baek banget pas lebaran, tapi ketika uang 500an punah, dan uang pecahan 2ribuan semakin merajalela, dipastikan lebaran tahun depan hanya akan ada suguhan air putih dan permen!
Sekali lagi, jangan anggap remeh uang receh!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar