Minggu, 17 April 2011

Jeplakan mulutmu (konon) dilindungi undang-undang

Negeri kita yang (konon) ngakunya adalah negara demokrasi, (konon) melindungi hak warga negaranya untuk mengeluarkan pendapat. Sampai sekarang klausul ini masih (seolah-olah) dipertahankan. Yang artinya kita semua sebagai warga negara dijamin bebas mengeluarkan pendapat, mengekspresikan kemarahan, meluapkan kegalauan. Bebas, sakkarepmu (terserah anda).

Tapi sekarang muncul kecenderungan orang ngomong asal jeplak, nggak pake mikir mentang-mentang dilindungi negara. Mungkin omongan mereka itu bener, tapi rasanya kurang "pener" untuk kondisi sekarang. Ada yang ngotot maksain mbikin gedung baru, ada yang sedikit-sedikit ngefatwa "ini haram! Itu Haram! Yang punya blog ini juga haram!" Halah.. Malah ada juga yang sering ngumpetin pendapatnya dengan ngomong "saya prihatin..". Trus ada juga yang asal ngomong "kami mengutuk! Kami mengutuk keras!!".. Iya sih emangnya mau dikutuk jadi apaan? Kodok?! Trus "action-nya" dimana? Ah at least kaum-kaum ini sudah berkontribusi lewat "kutukannya".

Berhubung negara melindungi jeplakan-jeplakan macam ini dalam nama "demokrasi", akhirnya muncullah reaksi dari pihak lain yang berseberangan dengan "penjeplak-penjeplak" itu. Ya sama aja sih, reaksinya juga hanya berupa "jeplakan lain" yang mungkin juga hanya berdasar opini. Kalo ada politisi ngomong "A", pasti segera kemudian muncul reaksi "anti-A" atau "gerakan koin anti-A", atau "sejuta facebookers menolak A".

Kalo menurut gw, IMHO (ini mah hanya opini), jeplakan-jeplakan odong kaya gitu sih ga perlu secara langsung di counter-attack. Toh masyarakat kita tau kok mana yang bener, mana yang ngasal. Negara kita ini (konon katanya) adalah negara demokrasi, semua berhak ngomong. Mungkin mereka ngotot minta gedung baru karena mereka sudah kekurangan bahan untuk ngerjain konstituennya. Mungkin mereka membuat fatwa-fatwa itu karena mereka merasa punya kewajiban untuk itu. Tapi kembali, itu menurut mereka. Hak mereka. Dan hak kita adalah nyuekin mereka. Melawan seperlunya saja dan ketika memang jeplakan-jeplakan itu harus dilawan. Why so serious??

Untungnya negara kita hanya melindungi kebebasan berpendapat. Coba kalo yang dilindungi adalah kebebasan "memaksakan" pendapat. Eeerrr.... *mikir
powered by OTAKKANANBERRY

Tidak ada komentar:

Khong Guan: Biskuit Lebaran Tanpa Menunggu Lebaran

Hari jumat kemarin saya mencoba ikut acara komunitas baru. Bukannnn, bukan komunitas rahasia yang membahas teori konspirasi bahwa bumi berbe...