Rabu, 27 Oktober 2010

Cita-cita.. Apa kabarmu sekarang?

Dear otakkananers,
Pastinya dulu kita semua punya cita-cita kan ya? Nyadar gak kalau ternyata apa yang kita cita-citakan dulu harusnya sudah menjadi kenyataan saat ini (dengan asumsi umur kita sekarang antara 20-30 tahun). Gimana? Apakah kehidupan kita sekarang sudah seperti apa yang dulu kita cita-citakan pas kita masih teka atau esde? Selamat buat kalian semua yang sudah mencapai cita-citanya.. Yang udah jadi dokter, pilot, tentara, insinyur, polisi, perawat, artis.. Atau malah ada yang udah jadi presiden! (Yang dulu cita-citanya pengen jadi presiden dan sekarang sudah terwujud silahkan angkat tangan!!) Secara ya, dulu kalo guru kita nanya "besok cita-citanya pengen jadi apa?", pasti jawabannya gak jauh-jauh dari item-item profesi yang gw tulis diatas. Pasti seneng banget ngejalanin apa yang jadi impian kita. At least kalian sudah memegang motivasi yang sangat kuat untuk mencapai apa yang kalian cita-citakan, tinggal melanjutkan dan menjaga semangat yang sudah ada.

Buat yang belum mencapai cita-citanya atau bahkan belum ngerti cita-citanya ingin jadi apa (di usia segini)-telat!! seperti gw!, tetep semangat ya! Yang dulunya punya cita-cita jadi insinyur tapi sekarang terdampar jadi akuntan, yang dulunya pengen jadi tentara, sekarang kerja di pertambangan, yang dulunya pengen jadi perawat eh sekarang malah nyusruk jadi staf HRD, it's not a big deal, kita tetap kita yang dulu, anda tetap anda yang dulu, dan saya masih seperti saya yang dulu yang takut maen jungkat jungkit di TK.

Kadang memang pilihan hidup berbeda dengan impian, dan kita harus berkompromi dengan semua pilihan itu. Dan mungkin opsi "cita-cita" gak masuk dalam pilihan yang ada. Tapi ini bukan akhir dunia. Tetap gali terus passion kita, gali terus potensi yang ada.. Dunia masih luas bung! Banyak hal yang masih bisa kita explore untuk mencari passion atau motivasi hidup kita.

Sebenarnya, apa sih cita-cita? Kenapa kok kita dulu bisa-bisanya punya cita-cita seperti itu? Menurut gw, koreksi kalo gw salah.. Dulu kita memandang dunia dari perspektif kita sebagai anak-anak. Polos. Gak banyak pertimbangan ini itu. Dari kesederhanaan perspektif itu, pastinya kita akan memilih untuk menjadi
"apa yang menurut kita terlihat keren"
atau
"apa yang benar-benar sering kita lihat"

Oke, kita bahas perspektif pertama. Yaitu "sisi keren dalam memilih cita-cita". Anak kecil yang sering nonton superman pasti ada kecenderungan pengen jadi super hero, minimal jadi polisi lah! (Nyambung gak sih?). Dulu, gw sempat punya cita-cita pengen jadi "Pak Kentara" (tentara,maksud gw) hanya karena pas karnaval tk, gw pernah dapet bagian jadi tentara. Dan menurut gw keren kalo suatu saat gw pake seragam tentara (menurut gw saat itu). Trus pernah juga gw pengen "jadi artis kaya karno karno" (rano karno) karena saat itu gw mikir bakal seru kalo gw bisa masuk tipi. Sekali lagi, itu dulu!! Duuuulluuuuu baaannnggeett!!

Perspektif kedua, cita-cita yang muncul karena lingkungan. Kita terbiasa melihat suatu obyek sampai pada akhirnya kita ingin menjadi seperti obyek itu. Contohnya aja temen gw, dia digedein di lingkungan keluarga dokter, dan ya itu, sekarang temen gw jadi mahasiswa kedokteran gigi di jogja. Entah dia sekarang udah jadi dokter gigi atau belom. At least dia sudah masuk ke bidang itu. Bidang dimana dia mendapat influence kuat dari apa yang dia lihat di keluarganya.

Back to the reality, kita dulu melihat cita-cita dari sudut pandang anak-anak. Ada unsur kenaifan disitu. Namun sekarang, kita adalah diri kita sekarang. Dalam perjalanan hidup, ada koefisien-koefisien dan variabel-variabel dengan semua pilihan-pilihan yang mempengaruhi perjalanan kita dalam meraih cita-cita. Ada saat dimana kita harus berkompromi (menghindari kata "meninggalkan") terhadap cita-cita kita. Merelakan cita-cita demi pilihan hidup yang rasional.

Meskipun kita tidak menjadi apa yang kita cita-citakan, ada satu hal yang harus kita anggap sebagai sisi positif hidup diluar cita-cita yaitu "kita sedang menjalani sesuatu hal baru yang sebelumnya tidak pernah kita bayangkan." Ya ndak?? Positif itu!!

Dear otakkananers, masih nyimak kan? Just checking. Lanjut deh

Dari pilihan yang kita ambil dan kita kerjakan sekarang, kita punya kewajiban untuk mengembangkan diri kita. Tanggungjawab untuk terus berkembang inilah yang harus kita tanamkan baik-baik. Meskipun pilihan hidup ini bukan cita-cita kita, bukan berarti kita harus menjalaninya dengan setengah-setengah atau menyianyiakan apa yang kita miliki sekarang kan?

Terus berkembang
Gali potensi
Terus berkarya
Kenali diri
Tetap penasaran
Buka wawasan
Dunia masih luas
Dan tetap semangat!!

Mengutip omongan sahabat gw,
"Ini pilihan hidup gw, bukan pilihan hati gw tapi gw punya tanggungjawab disini"
-janson nicholas samosir, kosan mr Bams, 2007-
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

2 komentar:

the story of us mengatakan...

Waktu sd dan smp gw pengen jd dokter, klas 1 sma cita2 pengen jd guru biologi, lulus sma cita2 gw pgn jd guru bahasa inggris, gw kuliah di jurusan perpajakan, lha sekarang gw jd auditor..so what is cita2? Ya sudahlaaaah
(Yg duduk dpn meja otakkanan luki)

Unknown mengatakan...

Nyuk, emang aku pernah ngomong gitu, ya? Lupa euy. Hahaha.
Mungkin kerjaan kita sekarang bukan panggilan jiwa kita, tapi pilihan hidup. Jadi, mari menjiwainya supaya lebih hidup.
*Sok bijak nih komentarku. :D

Opo Moral iku Mural?

Beberapa mural yang muncul bernada kritik kepada pemerintah dihapus sepihak oleh aparat. Pertama, mural adalah bentuk ekspresi, biasanya di ...